Kamis, 01 Oktober 2015

RUANG LINGKUP SENI II

pengertian seni menurut para ahli

Ki Hajar Dewantara
seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat indah, sehingga menggerakan jiwa perasaan manusia.
Kuntjaraningrat
Kesenian adalah suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud benda-benda hasil manusia.
Aristoteles
seni adalah peniruan terhadap alam tetapi sifatnya harus ideal.
Plato dan Rousseau
seni adalah hasil peniruan alam dengan segala seginya.

periodisasi perkembangan seni rupa

Seni Rupa Zaman Prasejarah
Seni rupa dapat dikatakan sebagai bagian budaya yang tua. Dalam batas-batas tertentu, seni rupa telah ada sejak manusia mengenal peradaban. Karya-karya yang dimaksud ditemukan dalam bentuk gerabah yang diberi ornament hias tertentu, patung-patung leluhur masyarakat prasejarah, serta catatan-catatan (dalam bentuk gambar) yang digoreskan pada dinding-dinding goa.

 Peradaban Bangsa-bangsa Kuno
Bangsa-bangsa timur yang mendiami daerah Timur Tengah dan Asia Kecil serta daerah Mesir dikenal sebagai bangsa-bangsa yang memiliki peradaban tinggi. Di mesir kita dapat menyaksikan sisa-sisa peradaban tinggi dalam bentuk karya seni arsitektur, patung, serta lukisan dinding yang bernilai tinggi seperti piramida, spinx serta relief-relief dan lukisan pada dinding bagian dalamnya.

 Seni Rupa Zaman Abad Pertengahan
Periode ini berlangsung mulai tahun 476 Masehi yakni pada awal perkembngan agama Nasrani di Romawi, dan berakhir pada tahun 1492, yakni pada saat ditemukannya benua Amerika.
 Seni Rupa Zaman Renaissance
Zaman renaissance merupakan zaman perubahan besar-besaran dalam berbagai bidang keilmuan dan seni budaya. Kemapanan gereja mulai terusik oleh berbagai pertentangan serta penemuan dalam bidang-bidang keilmuan.

Seni Rupa Zaman Barok dan Rokoko
Kata Barok (baroque) berasal dari bahasa Romawi yang berarti “tidak beraturan” atau “menyimpang”. Michelangelo dan Palladio dianggap sebagai pelopor dari gerakan ini. Zaman Barok terlahir pada pertengahan abad ke-16 sebagai awal mula pengaruh seni Italia ke seluruh daratan Eropa.

Seni Rupa Abad ke-19
Penggalian kembali corak-corak lama, seperti yang terdapat pada gaya-gaya Yunani Purba dan Romawi telah melahirkan aliran-aliran baru yang dikenal dengan alisan klasik dan neo klasisme dalam seni lukis dan seni patung.

 Seni Rupa Abad ke-20
Dengan pecahnya Perang Dunia I, timbullah berbagai gerakan perbaikan dalam bidang seni rupa yang meliputi fisik, material, mental, dan spiritual. Berdirinya Negara-negara baru sebagai hasil perjuangan negeri-negeri jajahan bangsa Eropa, telah membangkitkan semangat baru dalam bidang seni rupa.


bagan seni berdasarkan fungsi

  • Seni Rupa Terapan, adalah seni rupa yang dihadirkan dari tujuan praktis. Karya yang digunakan dari benda-benda dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat, seperti senjata, poster, keramik, rumah dan lain-lain.
  • Seni Rupa Murni adalah karya seni rupa yang diciptakan bukan untuk tujuan digunakan melainkan untuk mengungkapkan ide dari penciptanya dan hanya mengutamakan nilai keindahan. Seni rupa terapan, bebas untuk semua orang dalam mengungkapkan keinginan, harapan, impian, khayalan dalam karya seninya


PENGERTIAN WARNA.
WARNA PRIMER

  Merupakan tiga pigmen warna dasar yang tidak dapat dibentuk dengan campuran dari warna-warna lain, namun dapat membentuk warna lain dari kombinasi 3 warna ini. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah: merah, biru, dan kuning.

WARNA SEKUNDER
  Merupakan hasil pencampuran dua warna primer dengan proporsi 1:1. Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru.

 WARNA TERSIER

  Warna yang diperoleh dengan mencampur warna sekunder dan warna disebelahnya pada lingkaran warna, atau mudahnya, campuran salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna kuning dan jingga. Warna coklat merupakan campuran dari ketiga warna merah, kuning dan biru.







aliran seni lukis

1. Aliran Realisme yaitu aliran yang menampilkan karya lukis apa adanya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari - hari dan berusaha agar lukisan seperti nyatanya tanpa ada tambahan lain. 
Ciri - ciri aliran ini yaitu :
Kebanyakan menampilkan tentang kehidupan sehari - hari.
Lukisan apa adanya.
Lukisan juga terlihat menyatu antara objek satu dengan objek lainnya.
Tokoh: Gustove Corbert, Fransisco de Goya, Honore Umier
2. Aliran Surealisme
Aliran Surealisme yaitu aliran yang erat kaitannya dengan dunia fantasi, seolah - olah kita melukis dalam dunia mimpi. Lukisan surealisme juga biasanya memiliki bentuk atau lukisan yang tidak logis serta seperti khayalan.
Ciri - ciri :
Lukisan aneh dan asing.
Penuh dengan fantasi dan khayalan.
Tokoh - tokohnya : Joan Miro, Salvador Dali, Andre Masson, Amang Rahman
3. Aliran Romantisme
Aliran Romantisme adalah aliran yang berusaha menampilkan suatu lukisan dengan fantastik dan indah. Aliran ini menampilkan tentang suatu hal yang bersifat romance, seperti suatu pemandangan alam, tragedi, ataupun sejarah.
Ciri - ciri :
Lukisan mengandung cerita yang dahsyat dan emosional.
Penuh gerak dan dinamis.
Warna bersifat kontras dan meriah.
Pengaturan komposisi dinamis.
Mengandung kegetiran dan menyentuh perasaan.
Kedahsyatan melebihi kenyataan
Tokoh - tokohnya :Raden Saleh, Eugene Delacroix, Theodore Gericault, Jean Baptiste.
4. Aliran Naturalisme
Aliran Naturalisme adalah aliran yang berusaha menampilkan suatu objek lukisan secara alami. Aliran naturalisme ini memang mirip dengan realisme, bedanya naturalisme memiliki suatu tambahan agar menjadi lebih indah.
Ciri - ciri :Kebanyakan bertemakan tentang alam, Memiliki teknik gradasi warna, Memiliki susunan perbandingan. perspektif, tekstur, perwarnaan serta gelap terang dikerjakan seteliti mungkin
Tokoh - tokohnya : Raden Saleh, Abdullah Sudrio Subroto, Basuki Abdullah, Gambir Anom 
5. Aliran Impresionisme
Aliran Impresionisme adalah seni yang berusaha menampilkan kesan yang ditangkap objek. Aliran Impresionisme juga biasanya memiliki gambar yang agak kabur dan tidak mendetail.
Ciri - ciri :
Goresan kuas pendek dan tebal dengan gaya mirip sketsa, untuk memberikan kemudahan pelukis menangkap esensi subjek daripada detailnya.
Warna didapat dengan sesedikit mungkin pencampuran pigmen cat yang digunakan. Diharapkan warna tercampur secara optis oleh retina.
Bayangan dibuat dengan mencampurkan warna komplementer (Hitam tidak digunakan sebagai bayangan).
Cat tidak ditunggu kering untuk ditimpa dengan warna berikutnya.
Pengolahan sifat transparansi cat dihindari.
Meneliti sedetail mungkin sifat pantulan cahaya dari suatu objek untuk kemudian diterapkan di dalam lukisan.
Dikerjakan di luar ruangan (en plein air)
Tokoh - Tokoh :Claude Monet, Aguste Renoir, Casmile Pissaro, Sisley,
6. Aliran Ekspresionisme
Aliran Ekspresionisme adalah suatu aliran yang memberikan kebebasan distorsi bentuk dan warna untuk melahirkan emosi ataupun menyatakan sensasi dari dalam (baik objeknya maupun senimannya).
Ciri - ciri : Lebih banyak mengungkapkan jenis emosi kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia seseorang Ungkapan isi hati seseorang.
Ekspresionisme menjaga jiwa dan menemukan ‘Sturm und Drang' dan pancarannya keluar merupakan media yang baik untuk melukiskan emosinya kepada orang lain.
Tokoh - Tokoh : Vincent Van Gogh, Paul Gaugiuin, Ernast Ludwig, Affandi, Zaini
7. Aliran Abstraksionisme
Aliran Abstraksionisme adalah aliran yang menggunakan  warna dan bentuk dalam cara non-representasional. Aliran ini dibedakan menjadi 2 yaitu abstrak kubistis dan non-figuratif.
Ciri - ciri :Seni ini menampilkan unsur-unsur seni rupa yang disusun tidak terbatas pada bentuk-bentuk yang ada di alam. Garis, bentuk, dan warna ditampilkan tanpa mengindahkan bentuk asli di alam.
Tokoh - Tokoh : Mark Rothko,  Clyfford Stll, Adolf Got Lieb, Robert Montherwell, BornetNewman
8. Aliran Kubisme
Aliran Kubisme adalah aliran yang memiliki bentuk-bentuk geometris seperti segitiga, segi empat, lingkaran, silinder, bola, kerucut, kubus dan kotak-kotak.
Ciri - ciri : Memiliki bentuk geometris, Memiliki perpaduan warna yang sangat perspektif.
Tokoh - Tokoh :  Gezanne, Pablo Picasso, Metzinger, Fernand Leger, Robert Delaunay
9. Aliran Dadaisme
Aliran Dadaisme adalah aliran yang menyajikan karya artistic dari bentuk yang seram, magic,mengerikan, kekanak-kanakan (naive), terkadang mengesankan.
Ciri - ciri : Seni yang tidak mau ilusi atau ketiadaan ilusi.
Tokoh - Tokoh : Roull Haussmann, Duchamp, Hans Arp, 10. Aliran Futurisme
Aliran Futurisme adalah aliran yang menggambarkan objek lukisan yang terlihat seperti bergerak. Suatu objek digambarkan beberapa kali secara sama,secara perspektif.
Ciri - ciri : Karya seni menangkap unsur gerak dan kecepatan, Memanfaatkan prinsip aneka tampak atau ( multiple viewpoints ), Menggunakan tipografi sebagai unsur ekspresi dalam desain
Memperhatikan tentang kedinamisan , kedisiplinan, dan gaya untuk mengekspresikan kecepatan dan kesamaan waktu.
Tokoh - Tokoh : Giacomo Balla, Umberto Boccioni, Sculptor, Carlo CarrĂ ,
11. Aliran Fauvisme
Aliran Fauvisme adalah aliran yang memberikan kebebasan berekspresi, sehingga banyak objek lukisan yang dibuat kontras dengan aslinya.
Ciri - ciri : Seni lukisannya ialah warna-warna yang liar dan kontras. Warna-warna yang dipakai jelas tidak lagi disesuaikan dengan warna aslinya
Penggunaan garis dalam fauvisme disederhanakan sehingga pemirsa lukisan bisa mendeteksi keberadaan garis yang jelas dan kuat.
Tokoh - Tokoh : Henry Matisse, Andre Dirrain, Maurice de Vlamink,
12. Aliran Klasikisme
Aliran Klasikisme adalah aliran yang menampilkan gambar secara klasik, serta memiliki karakter dan ciri tersendiri. Aliran Klasikisme banyak terpampang di nusantara maupun di mancanegara. Aliran ini biasanya mengacu pada Yunani dan Romawi.
Ciri - ciri : Lukisan terikat pada norma-norma intelektual akademis.
Bentuk selalu seimbang dan harmonis.
Batasan-batasan warna bersifat bersih dan statis.
Raut muka tenang dan berkesan agung. Berisi cerita lingkungan istana.Cenderung dilebih-lebihkan.
Tokoh - Tokoh : Bartholome Vignon ( 1762 – 1846 ), Jaques Lovis David ( 1974 – 1825 )




RUANG LINGKUP SENI

Unsur-Unsur Seni Rupa
Ada beberapa unsur pembentuk karya seni rupa, antara lain yaitu :
1.      Titik Yang merupakan unsur dasar karya seni rupa yang terkecil. Segala bentuk wujud yang dihasilkan dimulai dari titik. Sehingga titik menjadi pusat perhatian. Titik yang membesar disebut dengan bintik.
2.      Garis
Yang merupakan batas limit dari suatu benda, bidang, ruang, texture, warna dll. Garis memiliki dimensi yang memanjang dengan arah tertentu, memiliki sifat seperti panjang, pendek, lurus, tipis, tebal, vertikal, horizontal, halus, melengkung, berombak, miring, putus-putus, dan masih banyak sifat-sifat lainnya. Garis ini memberikan kesan simbolik, gerak, ide dan lain sebagainya. 


3.      Bidang
Unsur ini merupakan perkembangan dari penampilan garis, yakni perpaduan antara garis-garis dalam kondisi tertentu. Bidang bisa diamati secara visual pada setiap benda alam & pada karya seni rupa yang dihasilkan. Berdasarkan bentuknya, bidang terdiri dari bidang biomorfis, geometris, bersudut, dan tak beraturan. Bidang terbentuk dari pertemuan ujung-ujung garisatau juga karena sapuan warna.
4.      Bentuk
Bentuk merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata. Bentuk dapat berarti shape, yakni bentuk benda polos yang muncul tanpa penjiwaan atau hadir secara kebetulan, dapat dilihat hanya sekedar penyebutan sifatnya saja seperti :ornamental, bulat, panjang, tidak teratur, persegi dan lain sebagainya . Danbentuk plastis atau dalam bahasa inggrisnya form yang berarti bentuk benda yang dapat dilihat dan dirasakan karena memiliki unsur nilai dari benda tersebut, seperti contoh : lemari.
5.      Tekstur
Tekstur ialah sifat permukaan pada setiap benda yang bisa dilihat juga diraba. Dimana sifatnya terkesan halus, kusam, kasar, licin, mengkilap, dan lainnya. Sifat tersebut bisa dirasakan melalui indera pengelihatan dan juga rabaan. Tekstur terbagi dua yakni tekstur nyata dimana sifat permukaannya menunjukkan kesan yang sebenarnya dan tekstur semu(maya), dimana kesan permukaannya dapat berbeda-beda antara pengelihatan dan rabaan. Tekstur berfungsi untuk memberikan karakter tertentu pada bagian bidang permukaan yang bisa menimbulkan nilai-nilai estetik. 
6.      Warna
Berdasarkan cahaya, warna dapat dilihat dari tujuh spectrum warna dalam ilmu fisika. Sedangkan secara teorinya, warna dipelajari melalui dua pendekatan dimana salah satunya ialah melalui teori pigmen warna (Goethe) yaitu butiran halus pada warna. Adapun beberapa istilah dalam teori warna pigmen diantaranya yaitu : 
Warna primer atau warna dasar, yang terdiri dari warna merah, biru dan kuning.
Sekunder, warna yang didapat dari campuran kedua warna primer seperti warna jingga, hijau dan ungu.
Tersier, ialah warna hasil campuran dari kedua warna sekunder.
Analogus, merupakan deretan warna yang letaknya sampingan dalam satu lingkaran warna atau berdekatan, seperti pada deretan warna hijau menuju warna kuning.
Komplementer, merupakan warna yang kontras dan letaknya berseberangan dalam satu lingkaran warna, seperti contoh warna merah dengan hijau, warna kuning dengan warna ungu.
7.      GelapTerang
Gelap terang dalam karya seni rupa dua dimensi berfungsi untuk menggambarkan benda seolah gambar tiga dimensi, memberikan kesan ruang / kedalaman, juga memberikan kontras pada gambar.  Tenik gelap terang dibedakan menjadi dua yaitu chiaroscuro yang merupakan peralihan bertahap atau gradasi dan silhouette yakni bayangan tanpa peralihan bertahap atau gradasi
8.      Ruang/kedalaman
Dalam karya seni tiga dimensi, ruang bisa dirasakan langsung oleh penikmat seni seperti ruangan di dalam gedung, rumah, sekolah dan lain-lain. Unsur ruang pada karya seni dua dimensi bersifat semu / maya karena didapat melalui penggambaran yang terkesan cekung, pipih, menjorok, datar, cembung, dan lain sebagainya. 

Prinsip-prinsip Seni Rupa
Terdapat beberapa prinsip dalam menyusun komposisi suatu bentuk karya seni rupa, yaitu:
1.       Kesatuan (unity)
Kesatuan adalah pertautan bagian-bagian dalam sebuah karya seni rupa. Kesatuan merupakan prinsip yang utama di mana unsur-unsur seni rupa saling menunjang satu sama lain dalam membentuk komposisi yang bagus dan serasi. Untuk menyusun satu kesatuan setiap unsur tidak harus sama dan seragam, tetapi unsur-unsur dapat berbeda atau bervariasi sehingga menjadi susunan yang memiliki kesatuan.
2.       Keselarasan (harmony)
Keselarasan adalah hubungan kedekatan unsur-unsur yang berbeda baik bentuk maupun warna untuk menciptakan keselarasan.

3.      Penekanan (kontras)
Penekanan adalah kesan yang diperoleh karena adanya dua unsur yang berlawanan.Perbedaan  yang mencolok pada warna, bentuk, dan ukuran akan memberikan kesan yang tidak monoton.
4.      Irama (rhytm)
Irama adalah pengulangan satu atau beberapa unsur secara teratur dan terus-menerus. Susunan atau perulangan dari unsur-unsur rupa yang diatur, berupa susunan garis, susunan bentuk atau susunan variasi warna. Perulangan unsur yang bentuk dan peletakannya sama akan terasa statis, sedangkan susunan yang diletakkan bervariasi pada ukuran, warna, tekstur, dan jarak akan mendapatkan susunan dengan irama yang harmonis.
5.       Gradasi
Gradasi adalah penyusunan warna berdasar kantingkat perpaduan berbagai warna secara berangsur-angsur.
6.      Proporsi
Proporsi atau kesebandingan yaitu membandingkan bagian-bagian satu dengan bagian lainnya secara keseluruhan. Misalnya membandingkan ukuran tubuh dengan kepala, ukuran objek dengan ukuran latar, dan kesesuaian ukuran objek satu dengan objek lainnya yang dekat maupun yang jauh letaknya.
7.      Komposisi
Komposisi adalah menyusun unsur-unsur rupa dengan mengorganisasikannya menjadi susunan yang bagus, teratur, dan serasi.
8.       Keseimbangan (balance)
Keseimbangan adalah kesan yang didapat dari suatu susunan yang diatur sedemikian rupa sehingga terdapat daya tarik yang sama pada tiap-tiap sisi susunan.
Karikatur
adalah gambar atau penggambaran suatu objek konkret dengan cara melebih-lebihkan ciri khas objek tersebut, biasanya objek tersebut adalah waja manusia. Kata karikatur berasal dari kata Italia caricare yang berarti memberi muatan atau melebih-lebihkan. Karikatur menggambarkan subjek yang dikenal dan umumnya dimaksudkan untuk menimbulkan kelucuan bagi pihak yang mengenal subjek tersebut. Karikatur dibedakan dari kartun karena karikatur tidak membentuk cerita sebagaimana kartun, namun karikatur dapat menjadi unsur dalam kartun, misalnya dalam kartun editorial. Orang yang membuat karikatur disebut sebagai karikaturis.

Contoh jenis karya seni rupa 2 dimensi

a.       Karya seni rupa dua dimensi , contoh: lukisan, gambar, batik, foto, ilustrasi, kaligrafi, hiasan pada piring, dll
b.      Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll.

Lukisan 
adalah karya seni yang proses pembuatannya dilakukan dengan memulaskan cat dengan alat kuas lukis, pisau palet atau peralatan lain, yaitu memulaskan berbagai warna dan nuansa gradasi warna, dengan kedalaman warna tertentu juga komposisi warna tertentu dari bahan warna pigmen warna dalam pelarut (atau medium) dan gen pengikat (lem) untuk pengencer air, gen pegikat berupa minyak linen untuk cat minyak dengan pengencer terpenthin, pada permukaan (penyangga) seperti kertaskanvas, atau dinding. Ini dilakukan oleh seorang pelukis; dengan kedalaman warna dan cita rasa pelukis, definisi ini digunakan terutama jika ia merupakan pencipta suatu karya lukisan.

gambar 
(Inggris: drawing) adalah kegiatan kegiatan membentuk imaji, dengan menggunakan banyak pilihan teknik dan alat. Bisa pula berarti membuat tanda-tanda tertentu di atas permukaan dengan mengolah goresan dari alat gambar.
Karya seni rupa dua dimensi , contoh: lukisan, gambar, batik, foto, ilustrasi, kaligrafi, hiasan pada piring, dll
Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll.

Batik 
adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik,teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.[1]

Fotografi
 (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.




ISEN-ISEN MOTIF BATIK












Minggu, 13 September 2015

Seni Rupa Terapan Nusantara

Seni Rupa Terapan Nusantara

A.    Mengidentifikasi Jenis Seni Rupa Terapan Nusantara
Untuk mengidentifikasi jenis karya seni rupa terapan Nusantara, mari kita lihat penjabaran berikut ini:

1.    Bentuk dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
a.    Pengertian Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya dengan media yang mempunyai rupa atau wujud yang bisa ditangkap dengan indera penglihatan dan dapat dirasakan dengan indera peraba. Karya-karya seni rupa diciptakan dengan cara mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. Karya seni rupa terapan Nusantara adalah segala macam bentuk karya seni rupa yang memiliki fungsi praktis dan estetis yang berada di wilayah Nusantara.
b.    Ragam Seni Rupa Terapan Nusantara
Keanekaragaman karya seni rupa terapan Nusantara dibedakan menurut (1) adat istiadat, (2) budaya masyarakat setempat, (3) Negara kepulauan, (4) sifat kemaritiman, (5) Negara agraris. Dari hal yang membedakan karya seni rupa terapan di atas, dapat dikelompokkan lagi menjadi beberapa ragam, yaitu: jenis karya, teknik pembuatan, fungsi, dan makna karya seni rupa terapan.

2.    Fungsi, Jenis, dan Bentuk Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Karya seni rupa terapan Nusantara memiliki fungsi sebagai pemenuhan kebutuhan yang sifatnya praktis dan estetis. Jadi karya seni  yang diciptakan tidak hanya mutu seninya saja, namun juga mengutamakan fungsi pakai. Contoh karya seni rupa yang sifatnya praktis antara lain: meja, kursi, almari, dan lain-lain. Sedangkan contoh lain karya seni rupa yang sifatnya estetis yaitu patung, relief, lukisan, dan lain-lain. Namun jika karya terapan harus memiliki dua fungsi, yakni fungsi praktis dan estetis, Jadi tidak bisa dipilah-pilah antara kegunaan dan keindahannya, harus satu kesatuan yakni berguna dan estetis.




3.    Makna Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Sangat beragamnya suku dan adat-istiadat menyebabkan keragaman makna yang terdapat pada setiap karya yang dihasilkan. Setiap karya seni rupa yang berkembang di daerah di Indonesia memiliki simbol atau makna yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang berkembang dalam kehidupan masyarakatnya. 
Sebagai contoh tentang makna simbolis warna, terdapat beragam warna dengan simbol-simbol tertentu. Seperti warna merah yang melambangkan keberanian atau kejantanan, warna kuning melambangkan keceriaan, warna putih melambangkan kesucian, warna hijau melambangkan kedamaian. Contoh lainnya adalah makna dari bentuk, semisal adalah patung  pada masyarakat Jawa yang melambangkan keharmonisan dalam rumah tangga.




4.    Ciri-Ciri Khusus Bentuk Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Ciri khusus dari bentuk karya seni rupa trepan Nusantara dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Mari kita pelajari satu-persatu.
    Sebelum kita mempelajari lebih jauh, ada baiknya kita melihat tentang pengertian desain, karena semua benda dan bangunan yang dibutuhkan dan dipakai merupakan karya seni desain.
a.    Desain Bangunan Rumah
Desain rumah dapat mencirikan atau menunjukkan cirri khas dari suku atau masyarakat tertentu. Kita dapat melihat ciri khas itu mulai dari atapnya, ragam hiasnya, bentuknya, dan bahan baku pembuatannya.
Sebagai contohnya jika kita melihat rumah adat daerah Minangkabau, Toraja, dan Batak yang semuanya mempunyai karakter atap meruncing (lonti). Berbeda dengan rumah adat di Jawa yang lebih memiliki bentuk mendatar atau horizontal. Begitu pula dengan rumah adat yang lainnya, yang memiliki keunikan tersenderi yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut.



b.    Desain bangunan tempat ibadah
Bentuk bangunan berupa tempat ibadah masing-masing memiliki karakter sendiri-sendiri. Biasanya sturktur utama pada setiap bangunan tempat ibadah masih mengikuti struktur umumnya, seperti adanya kubah untuh 
masjid, menara untuk gereja, candi bentar (candi yang dibagi menjadi dua dan digunakan sebagai pintu masuk atau gerbang) pada pure dan lain sebagainya. Namun terdapat pula tempat ibadah yang menonjolkan ciri khas suatu daerah dan diakulturasikan atau dikawinkan dengan struktur utama bangunan tempat ibadah.






c.    Desain alat transportasi
Alat trasnsportasi di setiap daerah memiliki desain dan keunikan tersendiri. Seperti contohnya andong, becak, sepada ontel, dan lain sebagainya.

d.    Kriya Nusantara
1). Kriya Tekstil
    a). Batik
Batik merupakan seni kriya Nusantara yang menjadi  tradisi sejak dahulu. Kain batik sangat dekat kaitannya dengan masyarakat Indonesia, sejak lahir hingga meninggal, dari anak-anak sampai orang tua, dari pakaian sehari-hari hingga pakaian resmi semuanya lekat dengan batik.
Prinsip utama dalam membatik adalah teknik tutup celup. Bagian kain tertentu ditutup dengan lilin dengan menggunakan canting untuk merintangkan warna. Terdapat beberapa teknik dalam membatik, diantaranya batik tulis, batik cap, batik cetak, batik celup/ikat/jumput, dan batik lukis. Saat ini, batik tidak hanya diaplikasikan pada kain mori, namun dapat diaplikasikan pada bahan lain seperti kayu,  kain sutra, kulit, dan lain sebagainya.

     b). Tenun
Sandang merupakan kebutuhan pokok manusia selain pangan dan papan. Untuk memenuhi kebutuhan sandang, diperlukan produksi kain fungsional yang nyaman dipakai dan bernilai estetik.
Tenun yang terkenal di Indonesia dibuat dengan alat tenun bukan mesin (ATBM), hal inilah yang membuat tenun susah didapat karena pengerjaannya manual dan sangat lama dalam pengerjaannya. Pusat kriya tenun di Indonesia menyebar dari pulau Jawa, bali, Sumatara, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Adapun jenis kriya yang dihasilkan adalah tenun ikat dan kain songket.
Istilah ikat diguakan untuk nama tenun yang belum ditenun menjadi kain, helaian benang diikat dann dicelup ke dalam pewarana. Pada beberapa daerah di wilayah Nusantara terdapatkesamaan teknik namun berbeda dalam ragam hiasnya. Hal inilah yang menjadi cirri khas dari suatu daerah dengan daerah lain. Misalnya kain ulos dari Batak, Kain tapis dari Lampung, kain torso dari Jepara, dan kain songket yang dibuat di Sumatra, Bali, Kalimantan dan Sumbawa.

    c). Bordir
Ketika memakai pakaian, hal yang perlu diperhatikan selain mempertimbangkan aspek kegunaan dan kenyamanan, perlu juga diperhatikan aspek keindahannnya. Salah satu yang dapat ditonjolkan dari pakaian dan kebutuhan sandang lainnya adalah hiasannya. Di samping batik, penerapan motif atau ragam hias pada pakain dapat juga diterapkan dengan bordir. Bordir merupakan hiasan dari benang pada kain. Istilah lain yang hampir sama dengan dari bordir adalah sulam.
1). Kriya Anyaman
Salah satu karya seni kriya adalah anyaman. Bahan yang banyak digunakan dalam membuat anyaman antara lain adalah bambu dan rotan, kemudian berkembang sesuai dengan ide dan kreativitas masyarakat, seperti digunakannya ilalang, enceng gondok, dan lain sebagainya.
Di pulai Jawa anyaman banyak menggunakan bambu karena tanaman ini banyak tumbuh dan berkembang. Adapun ragam jenis bambu, antara lain: apus, petung, ori, kuning, dan wulung. Berbeda dengan di daerah kepulauan lain di Nusantara. Seperti di Kalimantan yang banyak memproduksi anyaman dengan bahan rotan. Hal ini tidak lain arena Kalimantan merupakan penghasil rotan terbesar di Indonesia.


2). Kriya Keramik
Keberadaan keramik di kawasan Nusantara sangat beragam, keramik juga merupakan seni yang sudah ada sejak zaman prasejarah. Keramik terbentuk dari bahan tanah liat, dan dapat dibentuk dalam beberapa teknik, diantaranya: teknik cetak tekan (press moulding), teknik lempeng (slabing), teknik pilin (coiling), dan teknik pijit (pinching).  
Keramik memiliki banyak fungsi, mulai dari keramik yang berfungsi sebagai tempat atau wadah, seperti cangkir, piring, teko, gelas, dan vas bunga. Sampai pada jenis yang fungsinya hanya sebagai hiasan, seperti beragam bentuk guci dan  lain sebagainya.
Setiap daerah yang memproduksi keramik memiliki karakter dan keunikan tersendiri. Adapun daerah penghasil keramik terkenal di Indonesia antara lain, Plered (Purwakarta), Sitiwinangun (Cirebon-Jawa Barat), Purwokerto (Jawa Tengah), Kasongan (Yogyakarta), dan Dinoyo (Malang-Jawa Timur).



3). Kriya Ukiran
Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber alam melimpah yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai searana kebutuhan hidup manusia. Seperti tersedianya beragam hasil hutan semacam kayu jati, mahoni, candana, dan kayu hitam yang dapat digunakan sebagai media untuk berkarya seni.
Salah satu teknik yang dapat diaplikasikan pada media seperti kayu adalah mengukir atau memahat. Topeng, wayang golek, patung, meja, kursi dan almari merupakan contoh karya ukiran/pahat.  Daerah Jepara,Papua dan Bali merupakan daerah yang dikenal memproduksi kriya ukiran yang berkualitas.

4). Kriya Logam
Dalam sejarah perkembangan seni rupa nusantara, terdapat zaman perunggu. Pada zaman ini, nenek moyang kita sudah menguasai teknik mengecor dengan sangat baik, yang menghasilkan beragam benda seni yang indah seperti nekara, moko dan kapak perunggu. karya seni tersebut dibuat dengan teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2 teknik mencetak:
a). Bivalve, ialah teknik mengecor yang bisa digunakan berulang-ulang
b). Acire Perdue, ialah teknik mengecor yang hanya satu kali pakai (tidak bisa diulang)
 Prinsip mengecor adalah mengisi cetakan yang sudah dibuat  sesuai dengan benda yang dikehendaki dengan logam yang dididihkan. Perunggu, perak, kuningan, tembaga dan emas merupakan bahan umum dalam kriya logam.




5.    Latar Belakang Penciptaan Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Latar belakang penciptaan karya seni rupa terapan Nusantara dapat dibagi menjadi beberapa unsur, antara lain:
a.    Unsur ekonomi
Faktor ekonomi sangat mendukung penciptaan karya seni rupa terapan di Indonesia, misalnya urusan perdagangan dan galeri.
b.    Unsur ekspresi diri
Unsur ekspresi diri sangat menentukan penciptaan karya seni, karena dengan ungkapan emosional si pembuat karya, maka terwujudlah suatu karya seni yang menarik.
c.    Unsur eksperimen
Daya pikir manusia semakin lama semakin berkembang akan mendorong manusia untuk mencoba membuat karya yang baru.
d.    Unsur religi atau keagamaan
Unsur keagamaan juga turut melatarbelakangi penciptaan karya  seni rupa terapan Nusantara. Karya seni yang dibuat merupakan sesuatu yang sakral dan mengikuti pakem tertentu, jadi tidak boleh sembarangan jika membuat karya tersebut. Sebagai contoh pada upacara ngaben di Bali.
e.    Unsur aktualisasi diri
Unsur aktualisasi sangat penting dalam penciptaan karya. Karena dengan aktualisasi diri, si pembuat karya akan menampilkan jati dirinya dalam karya yang dibuat.

Setelah kita mempelajari berbagai hal tentang ciri-ciri khusus seni rupa terapan Nusantara, mari kita pelajari tentang ragam hias yang terdapat di Indonesia. Karena dari ragam hias tersebut kita mampu mengidentifikasi masing-masing keunikan dan ciri khasnya.

1.    Pengertian Ragam Hias
Indonesia adalah negara yang kaya dengan ragam hias. hampir di setiap produk budayanya menggunakan ragam hias. Untuk lebih memahami tentang ragam hias Nusantara, mari kita pelajari unsur-unsur dari ragam hias di Nusantara.
Pola Hias merupakan unsur dasar yang yang dapat digunakan  sebagai pedoman dalam merancang suatu hiasan. Sedangkan, Motif Hias merupakan pokok pikiran dan bentuk dasar dalam perwujudan ragam hias, meliputi segala bentuk alami ciptaan Tuhan seperti manusia, binatang, tumbuhan, gunung, batuan, air, awan dan lainnya serta hasil kreasi manusia.
Jadi, Ragam Hias adalah susunan pola  hias yang  menggunakan motif hias dengan kaidah-kaidah tertentu pada suatu bidang atau  ruang sehingga menghasilkan bentuk yang indah.

2.    Motif Dasar Ragam Has Indonesia
Pada dasarnya jenis motif atau corak nusantara, menggunakan motif atau corak dasar yang sama. Semula ornamen-ornamen tersebut berupa garis, seperti: garis lurus, garis patah-patah, garis miring, garis sejajar, garis lengkung, lingkaran dan sebagainya, yang kemudian berkembang menjadi bermacam-macam bentuk yang  beraneka ragam.
      Dalam penggunaannya corak ornamen tersebut ada yang berupa satu motif, dua motif atau lebih, pengulangan motif, kombinasi motif, dan ada pula yang disebut “distalasi” atau digayakan.
Keberagaman suku bangsa di Indonesia menciptakan berbagai corak budaya seni rupa yang berbeda-beda. Diantara sekian banyak hasil budaya yang khas dari Indonesia adalah ragam hiasnya. Untuk itu mari  kita mengidentifikasi ragam hias 
Nusantara sebagai bentuk budaya khas Indonesia.

1.    Kawung di dalam bahasa Sunda berarti arena tau kolang-kaling. Karena itu ragam hias kawung memiliki bentuk menyerupai buah aren yang dipotong melintang sehingga kelihatan empat biji aren. Ragam hias ini telah ada sejak zaman nenek moyang kita, terbukti dengan digunakannya pada hiasan patung-patung candi Hindu di Jawa.

2.    Tumpal yaitu ragam hias tradisional Nusantara yang memiliki bentuk dasar segitiga sama kaki. Ragam hias ini dapat ditemukan di hiasan-hiasan candi di Indonesia, serta terdapat juga pada ukuran-ukiran kayu, dan lain-lain.

3.    Ragam hias Swastika sudah dikenal pada zaman logam atau zaman perunggu, hal ini dikarenakan banyak ditemukan kerajinan dari bahan perunggu. Swastika merupakan bentuk lain dari meander dan pilin. Ragam hias ini hampir menyebar di seluruh wilayah Nusantara.
   
4.    Pilin adalah ragam hias yang memiliki bentuk dasar huruf S. Dalam variasinya juga berbentuk SS (pilin ganda).

5.    Meander adalah ragam hias yang memiliki bentuk dasar huruf  T. Dalam perkembangannya, ragam hias ini memunculkan ragam hias swastika.

6.    Tempet adalah ragam hias yang berbentuk ceplok berulang-ulang. Bentuk ragam hias ini dapat ditemukan di badan-badan candi di seluruh wilayah Nusantara. Ceplok sendiri pada awalnya merupakan motif yang terdapat pada tutup gelas yang bermotif bunga mawar, namun dalam perkembangannya ceplok lebih pada penggambaran kuncup bunga yang sedang mekar.

7.    Pohon Hayat berarti pohon kehidupan yang memiliki makna kesuburan dan kehidupan. Ragam hias ini berkembang pesat pada masa masuknya agama Islam dengan bentuk sulur-sulur (pohon yang merambat).

8.    Lar, dalam bahasa Jawa berarti sayap. Bentuk ini merupakan penyederhanaan ragam hias garuda. Di Jawa dimaknai sebagai simbol kekuasaan. Pada masa terdahulu, penggunaanya hanya dikhususkan pada kalangan bangsawan dan kerabat keraton.

9.    Binatang sering menjadi inspirasi dalam menciptakan ragam hias. Pada relief candi Borobudur terdapat ragam hias gajah, sedangkan di Bali banyak dijumpai ukiran berbentuk singa bersayap. Demikian pula dengan benda-benda seni Nusantra lainnya yang memakai binatang sebagai ragam hias.

B.    Menampilkan Sikap Apresiatif Terhadap Keunikan Gagasan dan Teknik Dalam Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
          Setelah kita mempelajari tentang mengidentifikasi karya seni rupa
terapan Nusantara, sekarang mari kita menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan Nusantara.
       Pertama-tama kita harus mengerti dan memahami tentang arti apresiasi. Bagaimana kita mengapresiasi?, apa saja lingkup apresiasi?,
aspek-aspek apa saja yang yang harus ada dalam mengapresiasi? nah, mari kita pelajari satu-persatu.
1.    Ruang Lingkup Apresiasi
     Apresiasi berasal dari bahasa Inggris appreciate yang artinya menilai atau menghargai. Dengan kata lain, apresiasi adalah kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya, serta penghargaan terhadap sesuatu. Apresiasi memiliki tiga tingkatan, yaitu: (1) apresiasi empatik, (2) apresiasi estetis, dan (3) apresiasi kritis. Berikut adalah penjabaran masing-masing, antara lain:
a.   Apresiasi empatik adalah jenis apresiasi yang menilai baik dan kurang baiknya suatu karya seni berdasarkan pengamatan indrawi saja.
b.  Apresiasi estetis adalah apresiasi yang menilai keindahan suatu karya seni dengan melakukan pengamatan dan perasaan yang mendalam.
c.    Apresiasi kritis adalah apresiasi yang tajam dalam menganalisa suatu karya seni. Jadi, apresiasi jenis ini lebih menyeluruh dalam menilai karya, sehingga penilaian lebih jelas dan terurai.
     Sebagai tahap pembelajaran dalam menilai mengapresiasi suatu
karya, kita harus menilai karya tersebut secara utuh. Kita juga
perlu menganalisa bagian per bagian dari karya itu, adapun aspek
yang harus ada dalam apresiasi karya adalah:
a.    Ide dan Gagasan
Semua hasil karya seni merupakan dorongan dari hasil aktivitas, perenungan, pencarian, dan pemikiran-pemikiran dalam melahirkan sesuatu yang baru dan orisinil.
b.    Kreativitas
Realisasi dari ide dan gagasan akan membentuk kreativitas.
Kreativitas adalah kemampuan untuk mengolah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang baru yang sifatnya sama sekali
berbeda dengan yang sebelumnya.
c.    Gaya perorangan atau ekspresi
Karya seseorang tentunya berbeda dengan karya orang lain. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pendapatnya, pengalaman batin, perenungan, pemahaman, pengalaman, dan filosofi dalam berkarya. Hal inilah yang menyebabkan munculnya gaya
perseorangan dalam berkarya seni.

2.    Ragam Keunikan Gagasan Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Ragam keunikan gagasan karya seni rupa terapan daerah, dapat menjadi inspirasi terciptanya hasil karya seni rupa terpan daerah
di Indonesia. Ragam keunikan gagasan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
a.    Objek Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Objek karya seni merupakan pokok sasaran penggambaran.
Sebagai contoh objek manusia, hewan, tumbuhan dan benda-benda lainnya.
b.    Tema Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Tema karya seni rupa rupa daerah Nusantara diilhami oleh pengalaman yang ada di dlam atau di luar lingkungan pencipta karya.
c.    Makna Simbolik Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Makna Simbolik adalah makna yang terkandung dalam suatu karya seni. Setiap karya seni memiliki makna simbolik berbeda-beda. makna simbolik dapat berupa warna atau bentuk. Contohnya adalah warna merah melambangkan keberanian, warna putih melambangkan kesucian atau kebersihan, dan lain-lain.

3.    Ragam Keunikan Teknik Karya Seni Rupa Terapan Nusantara
Teknik Karya Seni Rupa Terapan Nusantara seangat beragam. Banyak diantaranya yang sering kita dengar dan lihat di sekitar lingkungan kita. Beberapa diantaranya seperti memahat, mengecor, mengukir dan lain-lain. Untuk lebih memahami tentang keunikan teknik dalam karya seni rupa Nusantara, mari kita bahas satu per satu.
a.    Teknik Pahat adalah teknik mengurangi bahan sedikit demi sedikit dengan menggunakan alat pahat. Contohnya: pembuatan patung, relief, dan ukir
b.   Teknik Butsir adalah mengurangi dan menambah bahan hingga mendapat bentuk yang diinginkan. Contohnya: pembuatan keramik
c.    Teknik Sapuan adalah teknik membuat karya seni rupa dengan menyapukan kuas ke dalam karya. Contoh: pembuatan lukisan.
d.    Teknik Cor adalah teknik membuat karya seni dengan membuat cetakan dan kemudian dituangkan adonan berupa semen, gips, dan lain sebagainya sehingga menghasilkan bentuk yang diinginkan Contohnya: pembuatan patung.
e.    Teknik Las adalah teknik membuat karya seni dengan menggabungkan satu bahan dengan bahan yang lainnya.
f.    Teknik Konstruksi adalah teknik menggabungkan / menyusun bahan satu dengan bahan yang lainnya. Misalnya rumah, candi dan bangunan lainnya.
g.    Teknik Cetak adalah teknik menciptakan karya seni dengan membuat mal (cetakan) terlebih dahulu. Misalnya, pembuatan keramik atau patung.
h.    Teknik Tatah pada prinsipnya sama seperti teknik pahat, yaitu mengurangi bahan berupa batu, kayu, atau bahan yang lain, sehingga menghasilkan bahan baru. Misalnya, pembuatan ukiran, relief, dan patung.